MENANGIS vs TERTAWA

Menangis vs Tertawa


Saat masih kecil ayah saya berpesan, "Nak, kamu laki-laki. Jangan manja. Jangan gampang nangis. Hidup ini keras, kamu harus tangguh menghadapinya."

Pesan tersebut masuk ke alam bawah sadar saya dan membentuk saya menjadi pribadi yang pantang menangis. 

Setelah dewasa saya merenungkan pesan tersebut. Betapa banyak rintangan yang berhasil saya lalui karena kekuatan pesan tersebut.

Namun, seiring bertambahnya usia, saya menemukan bahwa menangis bukanlah kelemahan, termasuk bagi laki-laki. Menangis boleh-boleh saja, asal dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat, apa yang ditangisi dan kepada siapa kita menangis.

Saat tengah malam bermunajat kepada Allah di atas sajadah sambil menangis. Subhanallah keren. 

Menangislah... jika itu bisa meringankan beban hidupmu.

Menangislah hanya di hadapan Allah..

Menangislah... karena menangis adalah pengingat dosa.

Menangislah... karena menangis bukan kelemahan, namun terapi untuk menemukan kekuatan baru.

Ada yang bilang, lebih baik menangis daripada tertawa. Karena menangis akan mengingatkan kita pada dosa dan kematian, sementara tertawa justru bisa membuat lupa diri.

Menurut saya, menangis dan tertawa sama pentingnya. Menangis dan tertawa adalah kebutuhan untuk terapi jiwa. 

Ayah saya tidak salah memberikan nasihat itu. Karena saat masih kecil, mungkin saya belum faham jika dijelaskan seperti ini. Apa yang ayah saya lakukan adalah memotivasi anaknya agar tangguh untuk menaklukkan dunia.

~ @Sultan
No comments

No comments :

Post a Comment