Tips Memilih Sepeda Yang Tepat
Tips memilih sepeda yang tepat ini saya tulis berdasarkan pengalaman sendiri dan kemungkinan besar tidak sesuai dengan disiplin ilmu persepedaan, bahkan bisa jadi bertolak belakang. Oleh karena itu jika Anda benar-benar ingin mendapatkan tips yang lebih oke, saya sarankan lebih baik bertanya kepada teman saya, seorang pakar sepeda asal Jogja.
Sudah beberapa bulan saya memendam hasrat untuk memiliki sepeda pribadi, namun selalu terbentur skala prioritas. Saya juga masih mempertimbangkan sikap Menteri Sekretariat Rumah Tangga yakni istri saya sendiri, yang kadang justru menertawakan niat saya untuk membeli sepeda. “Halah kayak punya waktu buat gowes aja. Paling juga kayak dulu, beli sepeda buat digantung, lalu dihibahkan ;-p” begitu katanya.
Masalah anggaran dan sikap Bu Menteri sebenarnya alasan yang mengada-ada. Sebenarnya alasan utama penundan adalah karena dilema menentukan jenis sepeda yang akan saya beli. Berikut ini jenis-jenis sepeda yang pernah terlintas di pikiran saya.
1. Sepeda Jalan
Kalo gak salah ini sepeda pertama di dunia. Tanpa rem dan tidak perlu dikayuh. Cara makenya tetap harus jalan kaki. Lalu apa gunanya? Dan saya masih cukup waras untuk tidak memilih sepeda ini. #coret
2. Sepeda Pantai
Berhubung saya suka pantai, sempat terpikir untuk beli sepeda ini. Tapi di Bogor kan gak ada pantai, berarti gak cocok. #coret
3. Sepeda Recumbent
Sepeda ini terbilang paling nyaman dikendarai dibanding jenis sepeda lainnya. Tapi saya khawatir kalo lagi asyik naik sepeda ini jadi serasa sedang naik bus lalu tertidur maka kemungkinannya cuma dua, rumah sakit atau kuburan. #coret
4. Sepeda BMX
Salah satu pertimbangan ingin membeli sepeda BMX adalah bisa dipakai gantian sama anak. Tapi saya khawatir anak saya meniru gerakan-gerakan BMX freestyle. Akan sangat berbahaya bagi keselamatan anak-anak, maka pilihan inipun saya #coret.
5. Sepeda Air
Selama ini Bogor selalu jadi kambing hitam penyebab banjir Jakarta. Sepeda ini mungkin sangat cocok di Jakarta, tapi tidak untuk Bogor. #coret
6. Sepeda Balap
Jaman masih bujang saya pernah punya keinginan untuk jadi pembalap (bukan pemuda berbadan gelap), tapi sejak menikah dan punya anak, hasrat itu kupendam dalam-dalam. Setiap melakukan aktivitas yang beresiko saya selalu teringat istri dan anak-anak yang menunggu di rumah. Kalo masih jomblo kan ga ada yang nunggu. #eh #coret
7. Sepeda Sirkus
Sepeda sirkus bisa saja mengundang perhatian semua orang. Apa jadinya jika semua pengguna jalan tak mau berpaling dari melihat aksi saya, lalu-lintas bisa kacau balau bahkan berpotensi jadi penyebab tabrakan beruntun. Akhirnya pilihan ini saya #coret
8. Sepeda Roda Tiga
Sepeda ini cocoknya buat istri saya yang gak bisa naik sepeda. Gak perlu takut hilang keseimbangan. Yang penting gowes terus pasti nyampe.
9. Sepeda Kota
Sepeda ini cocoknya buat perempuan. Berhubung istri saya gak bisa naik sepeda, jadi saya gak mungkin pilih sepeda ini.
10. Sepeda Fixie
Saya membayangkan kalau sedang naik sepeda di depan rumah gebetan, tiba-tibasalah dengar suara memanggil nama kita. Maka kita gak perlu putar arah, cukup dengan mengayuh mundur dan kitapun bisa menoleh ke arah suara yang memanggil. Tapi setelah saya survey, kebanyakan pengguna sepeda ini adalah ABG.
11. Sepeda Lipat
Pertimbangan saya adalah sepeda ini mudah dibawa kemana-mana, termasuk dinaikkan ke atas kereta. Sayang bannya terlalu kecil untuk jalan berlubang yang sering saya lalui.
12. Sepeda Listrik
Ini juga pilahan bagus, sayang harganya relatif lebih mahal dan repot ngecas saban hari. Gak jadi.
13. Sepeda Jangkung
Satu-satunya keuntungan pengguna sepeda ini adalah bisa melihat ke semua arah, termasuk orang yang sedang mandi di kali. Tak ada blind spot. Tapi saya gak bisa bayangin kalo tiba-tiba ada ibu-ibu yang lagi bete, menyalip dan ngerem mendadak tepat di depan kita. Wassalam deh. Sepeda ini juga berpotensi membuat pengendaranya tersangkut di portal pintu masuk kompleks.
14. Sepeda Tandem
Ini mungkin cocok karena istri bisa ikut gowes meski gak bisa naik sepeda. Tapi masalahnya kalo pengen gowes sendiri rasa-rasanya gak pantas di belakangnya kosong. Saya khawatir ketemu mantan lalu dia memaksa pengen ikut, kita bisa lupa pulang. #eh
15. Sepeda Gunung
Sangat cocok untuk kondisi jalan di kompleks kami yang berkelok, naik turun dan banyak lubang. Jenis sepeda gunung sudah saya tandai. Walaupun akhirnya saya beli sepeda lain, tapi suatu saat saya tetap akan beli sepeda gunung sebagai alternatif
16. Sepeda Hybrid
Sepeda Hybrid merupakan perpaduan antara sepeda balap dan sepeda gunung, sangat pas untuk jalan-jalan yang mulus dan naik turun seperti di Kota Bogor. Jujur saja, jenis sepeda hybrid ini yang paling lama nangkring di posisi teratas pikiran saya. Tapi entah kenapa posisinya kemudian tergeser pada detik-detik terkahir pengambilan keputusan. Sudah saya tandai juga untuk alternatif. #maunya
17. Sepeda Kumbang alias Sepeda Onthel
Inilah sepeda pilihan saya. Jika ditinjau dari segi track di kompleks kami yang kondisi jalannya berkelok, naik turun dan banyak lubang, sebenarnya sangat tidak cocok. Tapi apa boleh dikata, kecintaan saya pada sepeda kumbang tak pernah sirna sejak pertama kali menunggangi sepeda ini. Antik dan identik dengan musik keroncong kesukaan saya. Jika ada yang bangga punya tagline “Tua berjiwa muda,” teman saya justru menjuluki saya “Muda berselera tua” haha.. Gak papa lah, yang penting saya hidup bahagia.
Kesimpulan: Tips Memilih Sepeda Yang Tepat adalah sesuaikan dengan selera dan salary, ikut-ikutan orang itu repot hehe..
Sudah beberapa bulan saya memendam hasrat untuk memiliki sepeda pribadi, namun selalu terbentur skala prioritas. Saya juga masih mempertimbangkan sikap Menteri Sekretariat Rumah Tangga yakni istri saya sendiri, yang kadang justru menertawakan niat saya untuk membeli sepeda. “Halah kayak punya waktu buat gowes aja. Paling juga kayak dulu, beli sepeda buat digantung, lalu dihibahkan ;-p” begitu katanya.
Masalah anggaran dan sikap Bu Menteri sebenarnya alasan yang mengada-ada. Sebenarnya alasan utama penundan adalah karena dilema menentukan jenis sepeda yang akan saya beli. Berikut ini jenis-jenis sepeda yang pernah terlintas di pikiran saya.
1. Sepeda Jalan
Kalo gak salah ini sepeda pertama di dunia. Tanpa rem dan tidak perlu dikayuh. Cara makenya tetap harus jalan kaki. Lalu apa gunanya? Dan saya masih cukup waras untuk tidak memilih sepeda ini. #coret
2. Sepeda Pantai
Berhubung saya suka pantai, sempat terpikir untuk beli sepeda ini. Tapi di Bogor kan gak ada pantai, berarti gak cocok. #coret
3. Sepeda Recumbent
Sepeda ini terbilang paling nyaman dikendarai dibanding jenis sepeda lainnya. Tapi saya khawatir kalo lagi asyik naik sepeda ini jadi serasa sedang naik bus lalu tertidur maka kemungkinannya cuma dua, rumah sakit atau kuburan. #coret
4. Sepeda BMX
Salah satu pertimbangan ingin membeli sepeda BMX adalah bisa dipakai gantian sama anak. Tapi saya khawatir anak saya meniru gerakan-gerakan BMX freestyle. Akan sangat berbahaya bagi keselamatan anak-anak, maka pilihan inipun saya #coret.
5. Sepeda Air
Selama ini Bogor selalu jadi kambing hitam penyebab banjir Jakarta. Sepeda ini mungkin sangat cocok di Jakarta, tapi tidak untuk Bogor. #coret
6. Sepeda Balap
Jaman masih bujang saya pernah punya keinginan untuk jadi pembalap (
7. Sepeda Sirkus
Sepeda sirkus bisa saja mengundang perhatian semua orang. Apa jadinya jika semua pengguna jalan tak mau berpaling dari melihat aksi saya, lalu-lintas bisa kacau balau bahkan berpotensi jadi penyebab tabrakan beruntun. Akhirnya pilihan ini saya #coret
8. Sepeda Roda Tiga
Sepeda ini cocoknya buat istri saya yang gak bisa naik sepeda. Gak perlu takut hilang keseimbangan. Yang penting gowes terus pasti nyampe.
9. Sepeda Kota
Sepeda ini cocoknya buat perempuan. Berhubung istri saya gak bisa naik sepeda, jadi saya gak mungkin pilih sepeda ini.
10. Sepeda Fixie
Saya membayangkan kalau sedang naik sepeda di depan rumah gebetan, tiba-tiba
11. Sepeda Lipat
Pertimbangan saya adalah sepeda ini mudah dibawa kemana-mana, termasuk dinaikkan ke atas kereta. Sayang bannya terlalu kecil untuk jalan berlubang yang sering saya lalui.
12. Sepeda Listrik
Ini juga pilahan bagus, sayang harganya relatif lebih mahal dan repot ngecas saban hari. Gak jadi.
13. Sepeda Jangkung
Satu-satunya keuntungan pengguna sepeda ini adalah bisa melihat ke semua arah, termasuk orang yang sedang mandi di kali. Tak ada blind spot. Tapi saya gak bisa bayangin kalo tiba-tiba ada ibu-ibu yang lagi bete, menyalip dan ngerem mendadak tepat di depan kita. Wassalam deh. Sepeda ini juga berpotensi membuat pengendaranya tersangkut di portal pintu masuk kompleks.
14. Sepeda Tandem
Ini mungkin cocok karena istri bisa ikut gowes meski gak bisa naik sepeda. Tapi masalahnya kalo pengen gowes sendiri rasa-rasanya gak pantas di belakangnya kosong. Saya khawatir ketemu mantan lalu dia memaksa pengen ikut, kita bisa lupa pulang. #eh
15. Sepeda Gunung
Sangat cocok untuk kondisi jalan di kompleks kami yang berkelok, naik turun dan banyak lubang. Jenis sepeda gunung sudah saya tandai. Walaupun akhirnya saya beli sepeda lain, tapi suatu saat saya tetap akan beli sepeda gunung sebagai alternatif
16. Sepeda Hybrid
17. Sepeda Kumbang alias Sepeda Onthel
Inilah sepeda pilihan saya. Jika ditinjau dari segi track di kompleks kami yang kondisi jalannya berkelok, naik turun dan banyak lubang, sebenarnya sangat tidak cocok. Tapi apa boleh dikata, kecintaan saya pada sepeda kumbang tak pernah sirna sejak pertama kali menunggangi sepeda ini. Antik dan identik dengan musik keroncong kesukaan saya. Jika ada yang bangga punya tagline “Tua berjiwa muda,” teman saya justru menjuluki saya “Muda berselera tua” haha.. Gak papa lah, yang penting saya hidup bahagia.
Kesimpulan: Tips Memilih Sepeda Yang Tepat adalah sesuaikan dengan selera dan salary, ikut-ikutan orang itu repot hehe..
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Istrinya ga bjsa naik sepeda? Nyetir motor bisa gak? Hehe..
ReplyDeleteSesuai selera dan salary itu tepat banget mas, ditambah satu poin lagi yaitu kegunaan yg ingin kita dapatkan. Olahraga kah, transportasi kah, dll. Jadi serius gini komennya.
Selamat bersepeda, senoga betah ya