A Book Signed by The Author

Siang itu Ridho memacu sepeda motor bututnya ke arah selatan kota demi mengikuti seminar pengembangan diri yang menghadirkan seorang pembicara hebat. Dengan semangat empat lima ia menerjang hujan lebat yang mengguyur kota itu.

Meski sudah melahap hampir semua buku karya Sang Pembicara, Ridho sangat antusias untuk ikut seminarnya. Ia sangat berharap bisa berfoto bareng dan mendapatkan tanda tangan Sang Pembicara.

Setiba di gedung sesuai alamat yang tertera pada brosur, Ridho langsung memarkir motor bututnya, menanggalkan jas hujan dan bergegas menuju ruang dimana seminar akan diselenggarakan. Tidak sulit menemukan ruang itu, karena peserta seminar lainnya telah berkumpul dan bersiap memasuki ruangan. Lima menit lagi acara akan dimulai.

Ridho memilih tempat duduk paling depan, paling dekat dengan panggung agar bisa menyerap seluruh ilmu dan energi yang akan disampaikan oleh pembicara.

Saat seminar dinyatakan selesai, banyak peserta yang maju ke depan untuk berfoto bareng sekaligus meminta tanda tangan Sang Pembicara. Ridho pun tak mau ketinggalan. Ia sangat bangga bisa bertemu langsung dengan pembicara sekaligus penulis idolanya yang telah menelurkan beberapa buku best seller. Ridho sangat puas dan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.

Pulang dari seminar, Ridho makin bersemangat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dari seminar itu. Tanda tangan asli Sang Penulis yang tertera di buku turut memberikan semangat bagi Ridho.

Secara perlahan kualitas hidup Ridho semakin meningkat, hingga pada suatu waktu Ridho merasakan manfaat yang luar biasa akibat amalan yang dijalankannya. Ridho berhasil memenangkan satu kontes bernilai puluhan juta rupiah yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan swasta.

Namun seiring berjalannya waktu, Ridho perlahan kembali kepada karakter semula. Tanpa disadari Ridho kian lalai dari amalan-amalan yang diamanatkan dalam buku itu. Kualitas hidup Ridho pun menurun.

Ridho baru menyadari penurunan kualitas hidupnya saat mereview buku tersebut dan mengevaluasi gaya hidupnya akhir-akhir ini, ia kemudian menemukan betapa banyak kebiasaan-kebiasaan positif yang sering ia lupakan.

Ternyata sebuah buku hebat dengan tanda tangan asli penulisnya pun tiada arti tanpa kemauan keras dari pembaca untuk menyerap manfaat dan melakukan hal-hal positif sesuai isi buku itu. Penulis hanya menyampaikan gagasan, menginspirasi dan memotivasi. Kunci sukses tetap berada di tangan pembaca. Bagaimanapun, ilmu dipelajari untuk diamalkan, bukan sekadar menambah wawasan.


Ilustrasi dari Google.
Sengaja pake foto Leonardo Dicaprio karena (kata orang) saya mirip doi
:) 

Btw, Ridho dalam kisah di atas adalah saya sendiri.
No comments

No comments :

Post a Comment