The Power of Batu Akik
Dua puluh tahun lalu di tepi sungai di kampung saat kami sedang asyik bermain, tiba-tiba dikagetkan oleh seorang kakek yang datang sambil mewek seperti anak kecil kehilangan mainan.
Kakek tersebut berjalan menyusuri sungai dengan mata tajam menyapu sela-sela bebatuan. Ia lalu bertanya, "Nak, apakah diantara kalian ada yang menemukan batu cincin kakek yang jatuh di sekitar sini?", katanya sambil berusaha menyembunyikan tangisnya.
"Batunya seperti apa, Kek?", tanya seorang teman kami. "Kalau batu kerikil banyak", sahut yang lain dengan nada berbisik.
Kakek itu pun segera pergi, "Ya sudahlah, berarti kalian memang tidak tahu", ujarnya sambil berlalu meninggalkan kami.
***
Beberapa bulan kemudian, saat saya bersama paman sedang duduk santai di balai bambu samping rumah kami, seorang kakek yang sedang bersafar mampir dan menawarkan sebuah cincin. "Nak, tolong kakek. Kakek sedang butuh uang untuk biaya perjalanan. Cincin ini saya jual murah", katanya sambil melepas cincin dari jari manisnya.
"Saya jual tiga ratus ribu saja karena kepepet", sambungnya saat paman meraih cincin tersebut.
Paman yang tadinya ingin memperhatikan cincin itu lebih saksama, tiba-tiba kehilangan nafsu. "Cincin besi bulukan seperti ini dijual tiga ratus ribu?", batinku.
Uang tiga ratus ribu pada jaman itu di kampung tentu sangat berharga. Sayang sekali kalau digunakan untuk beli cincin yang sama sekali tidak menarik bagi kami.
Barulah setelah manusia kembali ke zaman batu di abad ini, saya baru sadar bahwa kakek waktu itu menjual batu akik aka batu mulia yang bernilai tinggi, setidaknya bagi para penggemar bebatuan, bukan sekadar cincin besi bulukan.
***
Sekarang fenomena batu akik sedang trend, bukan hanya kakek-kakek tapi bahkan anak-anak muda pun banyak yang memakai cincin batu akik.
Teman kantor saya yang terbilang masih muda, kemana-mana pasti bawa lampu sorot. Usut punya usut ternyata lampu itu untuk mengecek batu akik. Dia dagang batu akik.
Ide tulisan inipun muncul setelah saya menerima hadiah dari teman penggemar batu akik yang mungkin gregetan melihat jari saya polos tanpa satu aksesoris pun. "Ini untuk kenang-kenangan" katanya.
Saya jadi serba salah, nggak dipake takut dibilang tidak menghargai, kalo dipake jadi risih karena gak biasa. Karena dikasih dua, satu saya kasih ke orang, satu lagi saya simpan buat jaga-jaga kalo ditanyain sama yang ngasih.
***
Dulu banyak orang percaya batu akik memiliki kekuatan magic, tapi sekarang, ketika batu akik menjadi trend bagi semua kalangan (kecuali balita), kesan mistik dari batu akik hampir tidak ada lagi.
Kini batu akik justru bisa dijadikan cenderamata atau kenang-kenangan untuk mempererat tali silaturrahmi, seperti yang dilakukan oleh teman saya, dia mengoleksi batu hanua untuk dibagi-bagi kepada kolega atau sanak keluarga, "Biar gak gampang lupa", katanya.
Ada lagi teman saya yang punya cincin dengan batu akik segede biji petai, berderet di hampir semua jarinya, Tessy mah ga ada apa-apanya. Saat saya tanya apa gak berat bawa batu pondasi kemana-mana? "Hei kamu jangan ketawa, daripada bawa senjata tajam ditangkap polisi, pake batu akik buat nempeleng jambret bisa melintir lehernya".
Wah wah wah...ngeri sekali. Batu akik memang keras ya, gak kayak cendol atau buah rambutan :)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
batu akik dimana-mana smape banyak yang bilang kalau kita kembali ke zaman batu hihihi
ReplyDeleteWKWKWKWKWKW..buat nempeleng jambret??? Boleh juga idenya :D Aku penasaran nih mas, ampe brp lama fenomena batu akik ini bakal bertahan ya...
ReplyDelete