Mengintip Bidadari Mandi Di Curug Bidadari
Tepat di hari pertama tahun 2015 kemarinkami sekeluarga memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke tempat wisata Sentul Paradise Park aka Curug Bidadari yang berlokasi di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Awalnya Curug Bidadari lebih dikenal dengan nama Curug Bojongkoneng, sesuai nama desa tempat curug ini berada, namun kemudian berganti nama menjadi Curug Bidadari. Saya sendiri belum tahu pasti sejarah curug tersebut hingga diberi nama Curug Bidadari. Mungkin dulu pernah ada pemuda yang berusaha mengintip para bidadari mandi di sana dan berhasil menyembunyikan selendang salah satu bidadari itu. Entahlah.
Sepanjang perjalanan saya sempat mengkhayal, semoga saja ini kesempatan bagi saya untuk mengintip bidadari mandi. Terbayang para bidadari yang baru saja turun dari kayangan, mandi, bercanda ria, saling memercikkan air satu sama lainnya sambil cekikikan. Tentu saja aktifitas itu dilakukan sambil telanjang bulat, kayak di film-film itu, lho. Pada saat itu, saya datang dan bersembunyi di balik batu kemudian mengintip bidadari-bidadari itu mandi.
Saat hendak mengambil selendang salah satu dari mereka, lamunan saya tiba-tiba terhenti oleh tepukan istri di pundak saya seraya memberi aba-aba "Belok kiri". Tak terasa ternyata kami sudah sampai di pertigaan jalan menuju kawasan Sentul Paradise Park, yang artinya kami harus membelokkan kendaraan ke kiri. Sepertinya istri saya punya insting bahwa suaminya sedang berusaha mencuri selendang bidadari itu.
Jalan bebatuan menuju Curug Bidadari serta maraknya praktik pungutan liar oleh warga sekitar semakin menyadarkan saya dari mimpi bertemu bidadari. Belum lagi rengekan kedua anak laki-laki saya yang tiap menit bertanya kapan kita akan sampai ke curug. Ampun dah.
Tiba di lokasi nyaris saja kami tak kebagian tempat parkir, padahal kami sudah berusaha datang sepagi mungkin. Oh iya, ini kan libur tahun baru, libur panjang, anak-anak sekolah juga masih pada libur. Pantas saja tempat wisata jadi ramai begini, bathin saya.
Sebagai manusia anti keramaian, tentunya sangat sulit untuk bisa menikmati suasana seperti ini. Keindahan pemandangan air terjun akan tertutupi oleh manusia-manusia yang menyemut. Gerak aja susah, gimana bisa menikmati?
Awalnya Curug Bidadari lebih dikenal dengan nama Curug Bojongkoneng, sesuai nama desa tempat curug ini berada, namun kemudian berganti nama menjadi Curug Bidadari. Saya sendiri belum tahu pasti sejarah curug tersebut hingga diberi nama Curug Bidadari. Mungkin dulu pernah ada pemuda yang berusaha mengintip para bidadari mandi di sana dan berhasil menyembunyikan selendang salah satu bidadari itu. Entahlah.
Sepanjang perjalanan saya sempat mengkhayal, semoga saja ini kesempatan bagi saya untuk mengintip bidadari mandi. Terbayang para bidadari yang baru saja turun dari kayangan, mandi, bercanda ria, saling memercikkan air satu sama lainnya sambil cekikikan. Tentu saja aktifitas itu dilakukan sambil telanjang bulat, kayak di film-film itu, lho. Pada saat itu, saya datang dan bersembunyi di balik batu kemudian mengintip bidadari-bidadari itu mandi.
Saat hendak mengambil selendang salah satu dari mereka, lamunan saya tiba-tiba terhenti oleh tepukan istri di pundak saya seraya memberi aba-aba "Belok kiri". Tak terasa ternyata kami sudah sampai di pertigaan jalan menuju kawasan Sentul Paradise Park, yang artinya kami harus membelokkan kendaraan ke kiri. Sepertinya istri saya punya insting bahwa suaminya sedang berusaha mencuri selendang bidadari itu.
Jalan bebatuan menuju Curug Bidadari serta maraknya praktik pungutan liar oleh warga sekitar semakin menyadarkan saya dari mimpi bertemu bidadari. Belum lagi rengekan kedua anak laki-laki saya yang tiap menit bertanya kapan kita akan sampai ke curug. Ampun dah.
Tiba di lokasi nyaris saja kami tak kebagian tempat parkir, padahal kami sudah berusaha datang sepagi mungkin. Oh iya, ini kan libur tahun baru, libur panjang, anak-anak sekolah juga masih pada libur. Pantas saja tempat wisata jadi ramai begini, bathin saya.
Sebagai manusia anti keramaian, tentunya sangat sulit untuk bisa menikmati suasana seperti ini. Keindahan pemandangan air terjun akan tertutupi oleh manusia-manusia yang menyemut. Gerak aja susah, gimana bisa menikmati?
Tapi melihat kegembiraan istri dan dua anak laki-laki saya bermain di Curug Bidadari, sayapun turut bergembira. Alangkah egonya saya jika saya memperlihatkan wajah cemberut kepada istri dan anak-anak saya, karena ketidaksenangan saya pada keramaian. Bukankah tujuan kita berwisata adalah untuk menciptakan suasana gembira?
![]() |
Curug Bidadari |
![]() |
Curug Bidadari |
![]() |
The man behind the gun |
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Air terjunnya cakep~ serius ada bidadarinya? :D tapi itu mayan rame juga ya hehee :D
ReplyDeleteKirain mo bilang yg punya blog cakep, ternyata air terjunnya :)
Deleteair terjunnya bagus, ya. Cuma pungutan liarnya yang nyebelin. Saya juga termasuk yang anti keramaian. Untungnya, suami juga begitu. Jadi, kalau lagi musim liburan, lebih memilih di rumah atau cari tempat sepi :)
ReplyDeletecoba pengunjungnya gak terlalu banyak, jadi kan air terjuannya dapet banget tuh buat di foto
ReplyDelete